photo blech3_zpsfd0b0484.jpeg

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 25 November 2013

PANTAI KETAWANG

Pantai Ketawang

Lokasi: Kutoarjo Purworejo Jawa Tengah
Petunjuk Arah:
Dapat di tempuh dari Kutoarjo 12 km, bisa juga dari arah Jogja dan Kebumen lewat jalur selatan
Terletak di wilayah kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo. Pintu masuk dari Desa Ketawang, namun wilayah pantai meliputi garis pantai sepanjang kurang lebih 3 km sampai pantai Pasir Puncu. Dapat di tempuh dari Kutoarjo 12 km, bisa juga dari arah Jogja dan Kebumen lewat jalur selatan. Merupakan wilayah pantai pasir hitam dengan ombak dan angin yang besar. Tiap Idul Fitri, tempat ini dikunjungi banyak wisatawan lokal, baik dari wilayah Grabag sendiri maupun dari wilayah yang iaju, seperti Bruno, Winong, Kemiri. Pantai ini ramai karena ada semacam adat, kalau Lebaran, ada namanya â€Å“riyayan”, lamanya satu pekan. Pada hari kedelapan dinamakan syawalan, hari penutup wisata. Selama 8 hari itu biasanya orang-orang menggunakannya untuk berwisata pantai bersama keluarga, bagi yang muda-muda, untuk cari kenalan. Sebenarnya tempat ini biasa saja, masih butuh banyak penataan untuk dijadikan sebagai tempat wisata modern. Tempat yang panas dan tidak adanya peneduh menjadi salah satu ketidaknyamanan, namun hembusan angin pantai yang keras meringankan panasnya matahari. Tak perlu repot membawa makanan, aneka warung menjual kupat tahu, mie ayam, bakso, sate, atau rames berjajar sepanjang pantai. Juga aneka minuman seperti dawet, es buah, atau teh.   sumber : http://bloggerpurworejo.com/2007/09/wisata-purworejo/

ALUN-ALUN PURWOREJO






ALUN-ALUN PURWOREJO


 
Alun-alun merupakan tempat atau ruang terbuka yang bisa digunakan sebagai fasilitas umum. Keberadaan alun-alun sebagai simbol otokrasi Jawa Kuno dengan pola tata kota feodal. Alun-alun akan jadi jantung kota, karena untuk pola tata kota otokrasi Jawa Kuno alun-alun selalu berhadapan dengan kraton, rumah tinggal adipati atau bupati. 
Alun-alun diyakini sebagai simbol kejayaan sebuah negara, kerajaan, kadipaten atau kabupaten. Alun-alun Purworejo merupakan alun-alun kabupaten lama yang cukup luas. Barangkali yang terluas di Jawa Tengah. Luas alun-alun Purworejo enam hektar atau 60.000 meter persegi dengan bentuk segi empat. Baik panjang maupun lebar ukuranya hampir sama. 
Ciri khas pola tata kota Jawa Kuno selalu dengan jantung kota berupa sebuah alun-alun dan ditengahnya berdiri pohon beringin. Di tengah alun-alun Purworejo terdapat sepasang pohon beringin yang didatangkan dari Kraton Yogyakarta. Pendopo Kabupaten Purworejo berada di sebelah utara alun-alun menghadap selatan. 
Disebelah selatan alun-alun dulu menjadi Kantor Karesidenan bagelen dan kini sebagai Kantor Setda Purworejo. Sebelah barat alun-alun terdapat Masjid Agung atau Masjid Darul Muttaqin. Sementara sisi timur berdiri bangunan Gereja. Semua itu merupakan banguan poko yang sejak berdirinya Kabpaten Purworejo sudah dirancang sedemikian rupa oleh RAA Cokronagoro I. 
Pada alun-alun sebelah utara terdapat dua bangunan atau paseban yang berfungsi sebagai tempat beristirahat bagi orang yang ingin menghadap bupati. Sekarang paseban sebelah barat digunakan sebagai kantor KNPI dan sebelah timur untuk kantor KONI. Sejak awal berdirinya Kabupaten Purworejo sampai sekarang pola tata kotanya tidak mengalami perubahan. 
Pola tata kota Purworejo masih pola tata Jawa Kuno. Pola tersebut mempunyai kekhususan yang sampai sekarang sulit dicari bandingannya. Semua tata letak bangunan semetris. Di belakang Pendopo Kabupaten Purworejo terdapat pula alun-alun kecil yang dulu biasa digunakan untuk latihan Bergodho Jayengsekar atau pasukan pengamanan bupati. 
Kini lapangan atau alun-alun kecil tersebut menjadi milik Garnisun dan bisa digunakan untuk kepentingan umum. Seperti diketahui, Purworejo dulu kota administrative yang dengan sendirinya jauh lebih ramai dibanding dengan kota-kota lain yang berada di Karesidenan Bagelen. Namun sejak 1 Agustus 1901 Karesidenan Bagelen terhapus dan kedudukan Purworejo sebagai kota administrative terhapus pula. 
Purworejo kemudian menjadi regent atau kabupaten biasa. Meski kedudukan sebagai kota administrative sudah terhapus, namun tetap saja alun-alun dan sebagainya tidak berubah. Alun-alun purworejo kini menjadi ruang publik sehingga siapapun bisa memanfaatkan.

Sabtu, 16 November 2013

MUSEUM TOSAN AJI PURWOREJO


 

 

 

Museum Tosan Aji Purworejo



Sekelumit Tentang Tosan AjiTosan aji merupakan salah satu hasil budaya bangsa pada masa perundagian sebagai warisan nenek moyang yang menunjukkan salah satu identitas budaya bangsa yang sampai kepada kita sekarang. Yang dimaksud Tosan Aji adalah sejenis senjata pusaka dari logam besi yang mendapat tempat terhormat (yang dihargai) di mata masyarakat terutama pada masa lampau, diantaranya berupa keris, tombak, pedang,kudi dan menur. Dalam alam pemikiran masyarakat lebih-lebih pada masa lampau Tosan Aji dianggap memiliki kekuatan gaib/kesaktian yang dapat mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat.

Alam pemikiran demikian berproses seirama dengan religi kemasyarakatan dan perkembangan jaman. Menurut D.G Stibe dan Letkol Uhlenbech dalam Encyclopedie-nya dinyatakan bahwa pada musium Antrhropologi /Ethnografi di Leiden telah disimpan keris yang berasal dan ditemukan di tengah-tengah stupa besar candi Borobudur. Yang diperkirakan keris tersebut sudah tua ketika dimasukkan ke dalam stupa yang kemungkinan sekali bersamaan dengan saat didirikan Candi Borobudur kurang lebih abad VIII. Dengan demikian pada waktu itu Tosan Aji telah mendapatkan tempat tinggi pada dalam kehidupan religi kemasyarakatan sehingga ditempatkan dalam bangunan monumental - religius – Borobudur. Nilai-nilai itulah yang kemungkinan melatar belakangi tingginya harga sebuah Tosan Aji

 


Sejarah Singkat Museum Tosan AjiMuseum Tosan Aji Purworejo diprakarsai pendiriannya oleh Menteri Dalam Negeri Bpk. Soepardjo Rustam. Sedangkan peresmian Museum Tosan Aji Purworejo oleh Gubernur KDH Tingkat 1 Jawa Tengah Bpk. Ismail pada tanggal 13 April 1987. Lokasi Museum pada waktu itu terletak di Pendopo Kawedanan Kutoarjo.

Pada tanggal 10 Juni 2001 oleh Pemerintahan Kabupaten Purworejo, koleksi Museum Tosan Aji Purworejo dipindah dari Kutoarjo ke Kota Purworejo menempati bangunan bekas Pengadilan Negeri pada jaman Belanda yaitu di Jln. Mayjend Sutoyo no 10 atau di sebelah selatan Alun-Alun Purworejo sebagai upaya mewujudkan lokasi wisata terpadu meliputi beberapa bangunan bersejarah seperti Masjid Agung Darul Mutaqin di sebelah barat alun-alun dengan Bedug Pendowonya terbesar di Indonesia mungkin di dunia, Pendopo Kabupaten Purworejo di sebelah utara alun-alun, Gereja GPIB di sebelah timur dan sebelah selatan bangunan kantor Setda Purworejo dan Museum.

 


Peranan dan HarapanMuseum Tosan Aji Purworejo merupakan museum khusus yang hanya menyajikan satu jenis koleksi yaitu Tosan Aji, akan tetapi pada perkembangannya Museum Tosan Aji tidak hanya menampilkan koleksi Tosan Aji saja, namun juga menampilkan berbagai koleksi Benda cagar budaya yang banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Purworejo, baik pada masa prasejarah maupun pada masa klasik. Koleksi pusaka yang dimiliki lebih dari 1000 bilah terdiri dari Keris, Pedang, Tombak,Kujang/kudi, Cundrik, Granggang yang berasal dari masa Kerajaan Pajajaran, Majapahit hingga sekarang, dan tersimpan pula benda-benda cagar budaya lainnya seperti Gamelan Kuno Kyai Cokronegoro, hadiah dari Sri Susuhunan Pakubuwono VI kepada Bupati Purworejo pertama “Cokronegoro I” serta beberapa Prasasti, Arca, Lingga, Yoni, Fragmen, Lumpang, Guci, Beliung, Batu Gong,Gerabah, Menhir, dan Fosil.

Peran Museum Tosan Aji sebagai tempat wisata edukatif dengan menyajikan koleksi dan informasi yang banyak dibutuhkan untuk pendidikan sejarah serta sebagai tempat tujuan wisata yang menyenangkan dan bernilai tinggi.

Harapannya pengunjung mampu mengadakan perenungan dan pengkajian tentang nilai-nilai luhur melalui koleksi-koleksi yang dipamerkan serta dapat mengambil hikah sebagai pesan sejarah yang harus diselamatkan sehingga dapat mensikapi perkembangan di kemudian hari yang penuh kompetitif (sumber : Pemda Purworejo)
Lokasi Museum
Jalan Mayjend. Sutoyo No.10, Purworejo
Telp. 0275-321033

Transportasi
Jarak tempuh dari Terminal Bus : 4 Km
Jadwal KunjungSenin s/d Kamis : 08.00 - 14.00 WIB
Jum'at : 08.00 - 11.00 WIB
Sabtu : 08.00 - 12.30 WIB
Minggu dan Hari Besar tutupHarga Karcis
Dewasa : Rp 500,-
Anak-anak : Rp 300,-
Fasilitas
Luas Tanah / Luas Bangunan : 3.000 m2 / 900 m2
- Ruang Laboratorium/Konservasi
- Ruang Penyimpanan Koleksi
- Ruang Administrasi
- Kantin/Cafetaria
- Toilet

Minggu, 10 November 2013

BENTENG PENDEM PURWOREJO




Benteng Pendem terletak di Desa Kalimaro, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. Letaknya di puncak bukit, cukup indah, deburan ombak pun terlihat bukan lagi seperti garis tipis seperti di seplawan, ini dikarenakan lokasi benteng pendem tidak berapa jauh dari pantai. Sayangnya Benteng ini tidak dirawat dan dijaga sebagaimana situs sejarah lainnya, bahkan papan penunjuk jalanpun tidak ada. Kondisi ini di perparah dengan bentuk benteng yg dindingnya penuh coretan dan beberapa besi yg difungsikan sebagai tangga hilang dicuri. . Sangat tidak terawat!!
 
Benteng ini menyimpan sejarah eksistensi Jepang di Kabupaten Purworejo.
Kali ini saya lebih tertarik untuk mengekspos tentang cerita mirisnya di balik kisah benteng pendem. Benteng ini difungsikan oleh tentara jepang sebagai benteng pertahanan dan pengintai baik dari laut, darat maupun udara. Dalam pembangunannya jepang meminta tanah dari 3 desa (Ds. Sumorejo, Ds. Bapangsari, Ds. Dadirejo) seluas 500 hektar. Tidak hanya cukup dengan merampas, Jepang juga meminta untuk disediakan peralatan serta tenaga manusia guna pembangunan. Akhirnya 200 orang pekerja di sediakan dari tiap desa dan di bayar sangat murah.
Dengan tenaga yang diperoleh dari tiga desa tersebut, ternyata Jepang masih kekurangan tenaga, akhirnya mendatangkan romusha (pekerja paksa) dari luar daerah. Nasib mereka lebih tragis, mereka dipaksa terus bekerja dan tidak dibayar.
Konon kisah tragis kemudian berlangsung setelah benteng pertahanan tersebut selesai dibangun. Seluruh penduduk yang berada di dekat benteng semua diusir dan harta mereka boleh dibawa. Namun rumah-rumah warga yang tidak lagi berpenghuni dibakar oleh Jepang. Proses sterilisasi dilakukan bertepatan pada 1 Syawal, sekitar pukul 10.00 WIB. Benteng Pendem di Kalimaro pernah dikunjungi oleh Ir. Soekarno beserta Sultan Hamengkubuwono IX.


PANTAI JATI MALANG PURWOREJO









Pantai Jatimalang yang terletak di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jateng dan memiliki keindahan alam pantai dipadu dengan asrinya alam pegunungan dijadikan andalan objek wisata bagi kabupaten itu. Jalan menuju lokasi objek wisata ini cukup baik dan lebar serta beraspal sehingga memudahkan wisatawan untuk bersantai sambil menikmati indah, elok dan asrinya pemandangan alam pantai dan pegunungan di lokasi tersebut. lokasi objek wisata ini sekitar 18 km selatan kota Purworejo dengan luas areal sekitar 200 hektare. 




Di sekitar pinggiran pantai ini telah dibangun gazebo oleh Pemkab Purworejo untuk tempat beristirahat para wisatawan yang mengjungi lokasi ini. Selain pemandangan alam pantainya indah, katanya, di objek wisata ini terdapat tambak udang galah dan Sungai Lereng yang bisa dimanfaatkan untuk berperahu lokal wisatawan.
“Kemudahan akses jalan beraspal hingga ke tepi pantai yang menyebabkan banyak wisatawan lokal mengunjungi objek wisata ini bagi bersantai ria bersama keluarga. Selain Pantai Jatimalang, objek wisata andalan Kabupaten Purworejo adalah Curug Muncar sekitar 45 km barat laut pusat kota Purworejo dan Goa Seplawan di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing.
“Curug Muncar atau air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 900 m. Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke objek wisata ini harus sehat benar, sebab, jalan menuju ke lokasi tersebut menanjak cukup tinggi,




Sabtu, 09 November 2013

BENDUNGAN BORO PURWOREJO







Jembatan di bendungan boro ini membelah sungai Bogowonto dan menghubungkan antara desa pangenrejo  disebelah barat dan desa kedungsari  disebelah timur. Biasanya didekat bendungan disebelah desa Kedungsari  adalah lokasi bumi perkemahan untuk anak-anak pramuka.
Jembatan ini juga sering digunakan oleh masyarakat yang tinggal di desa Kedungsari untuk pergi kekota. Karena ukuran jembatan yang sangat kecil maka jembatan ini hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki dan bagi yang mengendarai motor maka hanya cukup satu motor saja.
Selain sebagai irigasi untuk mengairi lahan-lahan petani yang berada di daerah purworejo. Maka bendungan boro ini juga sering digunakan oleh para pemancing yang memiliki hobby mancing. Di bendungan ini banyak terdapat ikan-ikan air tawar.
Setiap satu tahun sekali biasanya para pemuda disekitar bendungan mengadakan lomba mancing, dan pesertanya bukan hanya dari wilayah terdekat saja, tetapi dari luar daerah juga
Biasanya para pemuda tersebut mencari sponsor, hadiah yang diperebutkan tidak tanggung tanggung sebuah motor dan beberapa elektronik. Bagi peserta yang mendapatkan hasil tangkapan yang paling besar jika ditimbang maka dialah yang beruntung menjadi pemenang dalam lomba mancing tersebut.Walau begitu kami puas memancing ikan di bendungan boro,  sambil melihat-lihat pemandangan yang asri karena masih banyaknya pepohonan yang tinggi-tinggi dan cukup rindang.



GEGER MENJANGAN








Bukit kecil ini dikenal dengan nama Geger Menjangan,
dari atas puncak Bukit Geger Menjangan ini kita bisa memandang landscape Kota Purworejo dari ketinggian.
 Di atas bukit ini terdapat sebuah gardu pandang yang digunakan sebagai tempat istirahat dan untuk menikmati pemandangan alam Purworejo yang cukup luas, dari puncak-puncak Bukit Menoreh di sisi utara, persawahan hijau yang sangat luas sejauh mata memandang, aliran Sungai Bogowonto, hingga birunya laut selatan yang menyajikan garis cakrawala nan indah.


Daya tarik dari Bukit Geger Menjangan ini bukan karena keindahan alamnya saja akan tetapi juga sebagai wisata ziarah yang cukup ramai dikunjungi para peziarah terutama saat menjelang bulan Ramadhan tiba, karena di lokasi bukit terdapat sebuah makam tua yakni makan Kyai Imam Puro.

Kyai Imam Puro ini konon merupakan salah satu tokoh yang besar andilnya dalam sejarah keberadaan Kabupaten Purworejo, tak jauh dari makam tua ini terdapat sebuah sumur tiban yang dipercayai oleh masyarakat sekitar memiliki air ajaib dan airnya tidak kering walau di musim kemarau.








Untuk mencapai puncak Geger Menjangan ini kita bisa menggunakan kendaraan pribadi, sebaiknya memakai kendaraan roda dua karena jalanan berupa jalan cor semen yang cukup sempit, setelah samapi di lokasi makam Kyai Imam Puro kita bisa memarkirkan kendaraan di sini. Perjalanan selanjutnya kita harus berjalan kaki menapaki jalan setapak tepatnya ratusan anak tangga dengan semak dan rumput ilalang di kanan kiri jalan memberi sensasi tersendiri dalam perjalanan.

Setelah melewati ratusan anak tangga kita akan menjumpai sebuah gardu pandang dengan antena sebuah pemancar radio disisinya, segala lelah letih perjalan kita akan terbayar lunas di atas bukit ini dengan pemandangan alam yang indah serta semilir angin pegunungan yang sejuk. Namun sedikit disayangkan keadaan di sekitar gardu pandang ini cukup memprihatinkan karena banyak sampah dari para pengunjung yang berserakan dan berbagai fasilitas yang tidak terawat.

Rabu, 06 November 2013

WISATA RELIJI PURWOREJO





Bedug terbesar di dunia yang ditabuh sebagai tanda waktu sholat ini, berada di dalam Masjid Darul Muttaqien, alun-alun Purworejo, Bedug ini merupakan karya besar umat Islam yang pembuatannya diperintahkan oleh Adipati Cokronagoro I, Bupati Purworejo pertama yang terkenal sangat peduli terhadap perkembangan agama Islam. 

Awal mulanya, Cokronagoro I sangat menginginkan memiliki sebuah bangunan Masjid Agung di tengah kota sebagai pusat kegiatan ibadah sekaligus memberikan ciri Islamiyah pada Kabupaten Purworejo yang dipimpinnya.
Maka di sebelah barat alun-alun kota Purworejo yang berdekatan dengan kediaman (pendopo) Bupati , didirikanlah Masjid Agung Kadipaten yang sekarang bernama Masjid Darul Muttaqien. Masjid ini dibangun pada hari Ahad, tanggal 2 bulan Besar Tahun Alip 1762 Jawa, bertepatan dengan tanggal 16 April 1834 M, seperti tercantum pada prasasti yang terpasang di atas pintu utama masjid yang berada di Desa / Kelurahan Sindurjan.

Untuk membangun masjid ini tampaknya Cokronagoro I tak ingin asal jadi. Ia meminta para ahli untuk mendapatkan kayu terbaik sebagai bahan utama pendirian masjid. Dibangun dengan gaya arsitektur Jawa berbentuk Tanjung Lawakan lambang Teplok yang mirip Masjid Agung Keraton Solo, bahan-bahan untuk membuat tiang utama masjid ini berasal dari kayu jati bang yang mempunyai cabang lima buah dengan umur ratusan tahun dan diameter lebih dari 200 cm dan tingginya mencapai puluhan meter.
Di atas tanah seluas kurang lebih 8.825 m2 masjid ini akhirnya berdiri megah di pusat kota Purworejo sebagai setra kegiatan dakwah dan ibadah muslim.
Kemegahan masjid tak ada gunanya tanpa banyaknya jumlah jamaah sebagai syarat utama memakmurkan masjid. Untuk itu, dipikirkan sarana “ mengundang “ jamaah hingga terdengar sejauh-jauhnya lewat tabuhan bedug sebagai tanda waktu sholat menjelang adzan dikumandangkan ( saat itu belum ada alat pengeras suara ).

Sekali lagi Cokronagoro I memerintahkan pembuatan Bedug dengan ukuran sangat besar dengan maksud agar dentuman bunyi bedug terdengar sejauh mungkin sebagai panggilan waktu sholat umat muslim untuk berjamaah di masjid ini.
Raden Patih Cokronagoro bersama Raden Tumenggung Prawironagoro ( Wedono Bragolan ) yang juga adik dari Cokronagoro I menjadi pelaksana tugas membuat Bedug Besar itu. Sama seperti bahan pembuatan masjid yang menggunakan kayu jati pilihan , bedug besar ini pun disepakati dibuat dari pangkal ( bonggol ) kayu jati bang bercabang lima ( dalam ilmu bangunan Jawa/Serat Kaweruh Kalang, disebut pohon jati pendowo ). Daerah tempat pohon jati ini berasal adalah Dusun Pendowo, Desa Bragolan, Kecamatan Purwodadi.

Konon, pohon jati yang digunakan untuk membuat bedug ini sebelumnya dianggap sebagai pohon keramat yang tak boleh ditebang. Namun karena Islam tak mengenal tahyul, dan atas perintah Bupati, maka pohon jati yamg telah berusia ratusan tahun itu ditebang juga.
Kyai Irsyad seorang ulama dari Loano yang juga dipanggil Mbah Junus akhirnya berhasil menebang sekaligus mematahkan mitos keramat pohon jati tersebut.
Ukuran atau spesifikasi bedug ini adalah : Panjang 292 cm, keliling bagian depan 601 cm, keliling bagian belakang 564 cm, diameter bagian depan 194 cm, diameter bagian belakang 180 cm. Bagian yang ditabuh dari bedug ini dibuat dari kulit banteng.
Pembuatan bedug yang akhirnya dicatat sebagai terbesar di dunia ini, ternyata tak semudah yang dikira. Berbagai kendala harus dilalui sehingga memakan waktu pengerjaan yang cukup lama. Para ulama dan orang-orang yang terlibat dalam pembuatan karya agung ini senantiasa berdoa agar mendapat ridlo dari Alloh SWT.

Akhirnya pada tahun 1837, bedug terbesar di dunia ini rampung dibuat dan diletakkan di dalam Masjid Agung Kabupaten Purworejo ( sekarang Masjid Darul Muttaqien ) yang ditabuh menjelang adzan sebagai tanda waktu sholat.
Hingga sekarang warisan karya sejarah Islam ini terpelihara dengan baik dan tetap ditabuh sesuai fungsinya sebagai tanda waktu sholat. Para pengunjung seperti tak pernah surut mendatangi Masjid Darul Muttaqien, menyaksikan dari dekat bedug raksasa yang telah dicatat sebagai situs sejarah yang turut memberikan makna bagi perkembangan Islam di tanah Jawa.







Jumat, 01 November 2013

GOA SEPLAWAN

Goa Seplawan terletak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing dengan jarak tempuh 20 km ke arah timur dari pusat kota dengan ketinggian 700 m di atas permukaan laut sehingga udaranya sangat sejuk. Goa ini memiliki ciri khusus ornamen yang terdapat di dalam goa, antara lain: stalaktit, stalakmit, flow stone, helekit, soda straw, gouwer dam, dan dinding-dinding berornamen seperti bentuk kerangka ikan.
Keadaan sekitar goa ini sangat mengesankan dengan pemandangan alam yang begitu indah ditumbuhi flora antara lain lumut (di mulut goa), paku-pakuan dan panorama hutan pinus yang asri. Para pengunjung juga dapat menikmati taman bunga di sekitar goa.
Panjang Goa Seplawan + 700 m dengan cabang-cabang goa sekitar 150 – 300 m dan berdiameter 15 m. Goa alam yang sangat menakjubkan ini menjadi sangat terkenal dengan diketemukannya arca emas Dewa Syiwa dan Dewi Pawestri seberat 1,5 kg pada tanggal 28 Agustus 1979 yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Obyek wisata ini merupakan potensi wisata yang sangat digemari oleh wisatawan karena disamping keindahan obyeknya, goa ini juga telah dilengkapi beberapa fasilitas penunjang lain seperti listrik sebagai penerang dalam goa, MCK, dan taman. Bahkan pada kawasan ini sudah dibangun gardu pandang dan arena perkemahan (camping ground).

SEJARAH GOA SEPLAWAN
arca seplawanGoa Seplawan adalah salah satu goa yang berada di kabupaten Purworejo. Goa ini terletak di gugusan bukit menoreh perbatasan Kab Purworejo dan Kulon Progo tepatnya berada di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, sekitar 20 kilometer ke timur dari pusat kota Purworejo dan berada di sekitar 700 meter dari Permukaan laut.
Goa Seplawan itu merupakan peninggalan sejarah peradaban masa lalu terbukti dengan ditemukannya sebuah arca emas 22 karat setinggi 9 cm dengan berat 2,5 kg. pada 15 Agustus 1979  di salah satu sudut goa
Arca Kencana itu berupa patung sepasang pria dan wanita yang sedang bergandengan tangan.
Para ahli arkeolog meyakini bahwa patung itu adalah Dewa Siwa dan Dewi Parwati, Arca itu merupakan peninggalan pada zaman Hindu Siwa.
Kini arca tersebut disimpan di Museum Nasional dan sebagai gantinya Pemerintah membangun replika arca didepan mulut goa, replika itu ukurannya lebih besar dari yang sebenarnya .
goa seplawanAda sebagian ahli sejarah juga menyatakan bahwa di sekitar Goa Seplawan pada jaman dahulu pernah di tinggali oleh Ratu atau Raja, hal tersebut diperkuat dengan ditemukan Lingga Yoni yang melambangkan Kesuburan dan Kemakmuran .
Selain memiliki keistimewaan sebagai situs pra sejarah, Pesona Alam disekitar Goa Seplawan memang menghampar indah dan menyejukan, ada juga keistimewaan lainnya yaitu keindahan goa Seplawan itu sendiri. Goa itu memiliki ornamen-ornamen yang sangat indah dan mengagumkan seperti adanya stalaktit dan stalakmit dengan ukuran beraneka ragam.
Ornamen lainnya pun tak kalah menariknya seperti Flow stone, helektit, soda straw, gowerdam dan lain-lain.
Salah satu hal yang lebih menarik lagi bahwa di dalam goa terdapat sumber air yang menyegarkan dam di atas telaganya terdapat tulisan kuno yang berbunyi Saplo wan yang memiliki arti saplu : suci . wan : manusia yang bisa diartikan manusia suci atau tempat mensucikan manusia.
ada cerita mistik yang berkembang barang siapa yang membasuh muka dengan air di dalam goa seplawan dan memiliki niat yang baik dengan berdoa penuh keiklasan pada Allah SWT Insya allah akan segera terjawab ke inginannya.
gardu seplawanGoa Seplawan mempunyai panjang kurang lebih sekitar 500 Meter sedangkan cabang-cabang goa sekitar 150-300 meter.
Sedangkan jalur yang khusus untuk para pengunjung sudah ada penerangan lampu sedangkan untuk cabang-cabang goa tidak dipasang lampu karena kondisinya yang berlumpur.
Lokasi obyek wisata Goa Seplawan sangat mudah di capai karena Akses jalan untuk kendaraan roda empat bisa mencapai lokasi dengan mudah dan sudah dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasana seperti tempat parkir kendaran, kamar mandi/WC, Mushola kecil yang sederhana, Gashebo, Gardu Pandang, Aula untuk Pementasan / Pertemuan dan juga ada taman-taman bunga yang indah.
taman seplawanLokasi Goa seplawan juga sangat memungkinkan untuk pelatihan Pecinta Alam dibuktikan dengan seringnya pelatihan dari beberapa Pecinta alam yang berasal dari berbagai daerah.
Pesona Alam di sekitar Goa Seplawan juga memiliki camping ground atau lokasi berkemah yang cukup luas serta memungkinkan untuk berwisata berkemah.
Pemandangan di sekitar goa seplawan sangat indah selain itu udaranya juga sejuk karena kawasan ini berada di ketinggian sekitar 700 mdpl.
Melalui gardu pandang pengunjung bisa melihat pantai selatan, kota Kulon Progo, serta Waduk Sermo, bahkan jika naik ke salah satu bukit di kawasan goa itu pengunjung bisa melihat Gunung Merapi, Gunung aula seplawanMerbabu, Gunung Sumbing dan Sindoro dan juga Gunung Slamet.
Namun gunung-gunung itu hanya bisa dilihat pada pagi hari, maka banyak para pengunjung yang camping di Seplawan sehingga pada pagi harinya bisa melihat keindahan alam dari kawasan Seplawan itu.
Saat ini segmen pengunjung masih didominasi dari kalangan muda dan wisatawan domestik namun tak jarang juga mendapat kunjungan beberapa wisatawan manca negara,  walaupun saat ini lokasi Goa Seplawan memang belum memiliki penginapan,  jadi untuk sementara masih jarang yang menginap di sekitar Goa Seplawan kecuali yang berkemah disana.
Tidak sedikit orang yang datang ke Goa Seplawan untuk melakukan ritual Spiritual dengan melakukan meditasi di sana, seperti yang dituturkan bapak Ngudiyo ( mantan Lurah Donorejo ) bahwa sering sekali menerima tamu wisata yang memiliki hajat untuk melakukan Meditasi di lokasi Goa Seplawan.
Mungkin anda jenuh dan penat dengan kesibukan serta hiruk pikuk perkotaan lepaskan lah kepenatan anda dengan menghirup udara segar dan melihati pesona Indahnya pemandangan Goa Seplawan.
Jangan lupa saksikan pula keunikan beberapa tempat wisata yang juga terletak di sekitarnya seperti sumur tegasih (tegal asih) sendang denansri, watumejo, serta kemolekan puncak gunung kelir yang menghampar, dilengkapi dengan masyarakat desa ternak kambing etawa di Donorejo yang ramah dan santun.
Terselip pula agro wisata seperti perkebunan salak, kakau, dan jangan ketinggalan makanan khas seperti gembel sengek serta dawet goreng yang unik.
Jika berkenan datang ikuti route ini :
Dari Purworejo – ke arah Kec Kaligesing melalui Cangkrep – Brenggong – Plipir – Kaliharjo- Kaligono – Donorejo atau menggunakan Primkopol jalur 44 dari terminal Pasar Baledono Purworejo
Dari Jogja / Magelang / Godean / Wates : bisa melalui Kenteng Nanggulan arah Jonggrangan jatimulyo – Tlogoguwo – Donorejo.
Untuk panduan jikala anda melihat ada lima Tower Seluler yang berjajar di atas Gunungkelir berarti itu dekat dengan lokasi Goa Seplawan.

CURUG




Salah satu daya tarik Curug Silangit adalah karena Curug tersebut mempunyai 3 tingkatan curug (terjunan air). Curug pertama atau yang paling atas sendiri adalah curug yang paling tinggi sekitar 30 meter. Curug kedua sekitar 10 meter atau setinggi pohon kelapa. Dan yang paling bawah juga sekitar 10 meteran. Untuk curug tingkat ke 3 (terbawah) bernama Curug Siklotok.

Setiap curug dibawahnya terdapat kedung/kolam yang sering dijadikan tempat mandi bagi para pengunjung. Tiap-tiap kedung itu rata-rata memiliki kedalaman lebih dari 5 meter.

  Lokasi

   Terletak di Dusun Jeketro, Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah.

    
  
   Aksesbilitas

    Berjarak 16 km ke arah timur dari pusat kota Purworejo melalui jalur Purworejo - Kaligesing.  Lokasi Curug Silangit ini sangat mudah dijangkau, karena letaknya tak jauh dari tepi jalan raya Kaligesing. Perjalanan menuju ke sana bisa ditempuh dengan angkutan umum ataupun kendaraan pribadi. Jika menggunakan angkutan umum, bisa menggunakan angkutan umum jurusan Purworejo-Kaligesing yang terminal angkotnya berada di belakang Pasar Baledono, lalu turun di balai Desa Somongari. Ongkos kendaraan umum sebesar Rp 5000 per orang. 

    Sedangkan bagi pengguna kendaraan roda dua atau roda empat, kendaraan bisa diparkirkan di balai desa tersebut atau di halaman rumah penduduk sekitar yang memang sering dijadikan tempat parkir oleh para pengunjung.

    Selanjutnya dari tempat parkiran ini perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki sejauh 4 km atau sekitar 60 menit dengan berjalan kaki menuju ke lokasi parkiran curug ini berada. Kondisi jalan setapak ini satu kilometer berupa batu kali yang ditata rapi, sedangkan sisanya masih berupa jalan tanah.

   Tiket dan Parkir

     Tiket masuk Rp 2500 per orang dan biaya parkir Rp 1000 untuk kendaraan roda dua.

   Wisata Lain

      Goa Seplawan terletak tidak jauh dari Curug Silangit dengan satu akses jalur yang sama.